EVOLUSI
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat
terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi,
reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh
gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan
menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh
dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi
dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi
secara seksual,
kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi
genetika, yang dapat
meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika
perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu
populasi.
Evolusi
didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses
yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan
reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya,
sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu
dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi,
sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi
sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang
terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu,
hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses
bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi.
Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan
diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun
perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini
akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme.
Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara
organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua
spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses
divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Dokumentasi
fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi
evolusioner. Cabang
ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori
yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil
dan keanekaragaman
hayati
organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad
ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong
perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the
Origin of Species
yang menjelaskan dengan detail teori evolusi
melalui seleksi alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori
evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin
digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis
evolusi modern, yang
menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi
(seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang
secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi
prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh
tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun
teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi
evolusioner telah
berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi
yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini,
teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas
sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Dasar genetik evolusi
Evolusi
organisme terjadi melalui perubahan pada sifat-sifat yang terwariskan. Warna mata pada
manusia, sebagai contohnya, merupakan sifat-sifat yang terwariskan ini. Sifat
terwariskan dikontrol oleh gen dan keseluruhan gen dalam suatu genom
organisme disebut sebagai genotipe.
Keseluruhan
sifat-sifat yang terpantau pada perilaku dan struktur organisme disebut sebagai
fenotipe. Sifat-sifat ini berasal dari interaksi genotipe dengan
lingkungan. Oleh karena itu, tidak setiap aspek fenotipe organisme diwariskan.
Kulit berwarna gelap yang dihasilkan dari penjemuran matahari berasal dari
interaksi antara genotipe seseorang dengan cahaya matahari; sehingga warna
kulit gelap ini tidak akan diwarisi ke keturunan orang tersebut. Walaupun
begitu, manusia memiliki respon yang berbeda terhadap cahaya matahari, dan ini
diakibatkan oleh perbedaan pada genotipenya. Contohnya adalah individu dengan
sifat albino yang kulitnya tidak akan menggelap dan sangat sensitif
terhadap sengatan matahari.
Sifat-sifat
terwariskan diwariskan antar generasi via DNA, sebuah molekul yang dapat menyimpan informasi genetika. DNA merupakan
sebuah polimer yang terdiri dari empat jenis basa nukleotida. Urutan basa pada molekul DNA
tertentu menentukan informasi genetika. Bagian molekul DNA yang menentukan
sebuah satuan fungsional disebut gen; gen yang
berbeda mempunyai urutan basa yang berbeda. Dalam sel, unting
DNA yang panjang berasosiasi dengan protein, membentuk struktur padat yang
disebut kromosom. Lokasi spesifik pada sebuah kromosom dikenal sebagai lokus. Jika
urutan DNA pada sebuah lokus bervariasi antar individu, bentuk berbeda pada
urutan ini disebut sebagai alel. Urutan DNA dapat berubah melalui mutasi,
menghasilkan alel yang baru. Jika mutasi terjadi pada gen, alel yang baru dapat
memengaruhi sifat individu yang dikontrol oleh gen, menyebabkan perubahan
fenotipe organisme. Walaupun demikian, manakala contoh ini menunjukkan
bagaimana alel dan sifat bekerja pada beberapa kasus, kebanyakan sifat lebih
kompleks dan dikontrol oleh interaksi
banyak gen.
Dasar
genetik evolusi
Evolusi
organisme terjadi melalui perubahan pada sifat-sifat yang terwariskan. Warna mata pada
manusia, sebagai contohnya, merupakan sifat-sifat yang terwariskan ini. Sifat
terwariskan dikontrol oleh gen dan keseluruhan gen dalam suatu genom
organisme disebut sebagai genotipe.
Keseluruhan
sifat-sifat yang terpantau pada perilaku dan struktur organisme disebut sebagai
fenotipe. Sifat-sifat ini berasal dari interaksi genotipe dengan
lingkungan. Oleh karena itu, tidak setiap aspek fenotipe organisme diwariskan.
Kulit berwarna gelap yang dihasilkan dari penjemuran matahari berasal dari
interaksi antara genotipe seseorang dengan cahaya matahari; sehingga warna
kulit gelap ini tidak akan diwarisi ke keturunan orang tersebut. Walaupun begitu,
manusia memiliki respon yang berbeda terhadap cahaya matahari, dan ini
diakibatkan oleh perbedaan pada genotipenya. Contohnya adalah individu dengan
sifat albino yang kulitnya tidak akan menggelap dan sangat sensitif
terhadap sengatan matahari.
Sifat-sifat
terwariskan diwariskan antar generasi via DNA, sebuah molekul yang dapat menyimpan informasi genetika. DNA merupakan
sebuah polimer yang terdiri dari empat jenis basa nukleotida. Urutan basa pada molekul DNA
tertentu menentukan informasi genetika. Bagian molekul DNA yang menentukan
sebuah satuan fungsional disebut gen; gen yang
berbeda mempunyai urutan basa yang berbeda. Dalam sel, unting
DNA yang panjang berasosiasi dengan protein, membentuk struktur padat yang
disebut kromosom. Lokasi spesifik pada sebuah kromosom dikenal sebagai lokus. Jika
urutan DNA pada sebuah lokus bervariasi antar individu, bentuk berbeda pada
urutan ini disebut sebagai alel. Urutan DNA dapat berubah melalui mutasi,
menghasilkan alel yang baru. Jika mutasi terjadi pada gen, alel yang baru dapat
memengaruhi sifat individu yang dikontrol oleh gen, menyebabkan perubahan
fenotipe organisme. Walaupun demikian, manakala contoh ini menunjukkan
bagaimana alel dan sifat bekerja pada beberapa kasus, kebanyakan sifat lebih
kompleks dan dikontrol oleh interaksi
banyak gen.
Mekanisme
Mekanisme
utama untuk menghasilkan perubahan evolusioner adalah seleksi alam dan hanyutan genetika. Seleksi alam memfavoritkan gen yang
meningkatkan kapasitas keberlangsungan dan reproduksi. Hanyutan genetika
merupakan perubahan acak pada frekuensi alel, disebabkan oleh percontohan acak
(random sampling) gen generasi selama reproduksi. Aliran gen merupakan
transfer gen dalam dan antar populasi. Kepentingan relatif seleksi alam dan
hanyutan genetika dalam sebuah populasi bervariasi, tergantung pada kuatnya
seleksi dan ukuran
populasi efektif,
yang merupakan jumlah individu yang berkemampuan untuk berkembang biak. Seleksi
alam biasanya mendominasi pada populasi yang besar, sedangkan hanyutan genetika
mendominasi pada populasi yang kecil. Dominansi hanyutan genetika pada populasi
yang kecil bahkan dapat menyebabkan fiksasi mutasi yang sedikit merugikan.
Karenanya, dengan mengubah ukuran populasi dapat secara dramatis memengaruhi
arah evolusi. Leher
botol populasi, di
mana populasi mengecil untuk sementara waktu dan kehilangan variasi genetika,
menyebabkan populasi yang lebih seragam. Leher botol disebabkan oleh perubahan
pada aliran gen, seperti migrasi yang menurun, ekspansi ke habitat yang baru, ataupun subdivisi populasi.
Evolusi kehidupan
Walaupun
terdapat ketidakpastian bagaimana kehidupan bermula, adalah umumnya diterima
bahwa prokariota hidup di bumi sekitar 3–4 milyar
tahun yang lalu. Tidak terdapat perubahan yang banyak pada morfologi atau organisasi sel yang terjadi pada organisme ini
selama beberapa milyar tahun ke depan.
Eukariota merupakan perkembangan besar pada
evolusi sel. Ia berasal dari bakteri purba yang ditelan oleh leluhur sel
prokariotik dalam asosiasi kooperatif yang disebut endosimbiosis.
Bakteri yang ditelan dan sel inang kemudian menjalani koevolusi, dengan bakteri
berevolusi menjadi mitokondria ataupun hidrogenosom.
Penelanan kedua secara terpisah pada organisme yang mirip dengan sianobakteri mengakibatkan pembentukan kloroplas pada ganggang dan tumbuhan. Tidaklah diketahui kapan sel
pertama eukariotik muncul, walaupun sel-sel ini muncul sekitar 1,6 - 2,7 milyar
tahun yang lalu.
Sejarah
kehidupan masih berupa eukariota, prokariota, dan arkaea bersel tunggal sampai
sekitar 610 milyar tahun yang lalu, ketika organisme multisel mulai muncul di
samudra pada periode Ediakara. Evolusi multiselularitas terjadi pada banyak peristiwa yang terpisah,
terjadi pada organisme yang beranekaragam seperti bunga karang, ganggang coklat, sianobakteri, jamur lendir, dan miksobakteri.
Segera
sesudah kemunculan organisme multisel, sejumlah besar keanekaragaman biologis
muncul dalam jangka waktu lebih dari sekitar 10 juta tahun pada perstiwa yang
dikenal sebagai ledakan Kambria.
Pada masa ini, mayoritas jenis hewan modern muncul pada catatan
fosil, demikian pula garis silsilah hewan yang telah punah. Beberapa faktor
pendorong ledakan Kambria telah diajukan, meliputi akumulasi oksigen pada atmosfer dari fotosintesis. Sekitar 500 juta tahun yang lalu, tumbuhan dan fungi mengkolonisasi daratan, dan dengan
segera diikuti oleh arthropoda dan hewan lainnya. Hewan amfibi pertama
kali muncul sekitar 300 juta tahun yang lalu, diikuti amniota,
kemudian mamalia sekitar 200 juta tahun yang lalu, dan aves sekitar
100 juta tahun yang lalu. Namun, walaupun terdapat evolusi hewan besar,
organisme-organisme yang mirip dengan organisme awal proses evolusi tetap
mendominasi bumi, dengan mayoritas biomassa dan spesies bumi berupa prokariota
Keanekaragaman makhluk hidup
Keanekaragaman
adalah perbedaan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis dan speciesnya.
Bagaimana keanekaragaman di dunia terjadi? Keanekaragaman makhluk terjadi
karena adanya perbedaan sifat, seperti: ukuran, bentuk, warna, fungsi organ,
tempat hidup dan lain–lain. Keanekargaman makhluk hidup sangat penting bagi
kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup. Suatu kelompok makhluk hidup yang
memiliki kelestarian tinggi, terdapat keanekaragaman yang tinggi. Sebaliknya
makhluk hidup yang memiliki tingkat kelestarian rendah, terdapat keanekaragaman
rendah dan terancam punah. Keanekaragaman makhluk hidup bersifat tidak tetap
atau tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh campur tangan manusia terhadap
lingkungan yang dapat mempengaruhi keanekaragaman. Penurunan keanekaragaman makhluk hidup dapat terjadi secara alami dan campur tangan manusia. Dewasa ini
campur tangan manusia berperan besar dalam penurunan keanekaragaman makhluk hidup,
baik itu disadari maupun tidak disadari. Beberapa perbuatan manusia yang dapat
mengancam atau menurunkan keanekaragaman makhluk hidup antara lain:
1. Pembabatan
hutan alam, untuk jalan raya, pabrik, perumahan dan sebagainya.
2. Penggunaan
pestisida, insektisida dan sejenisnya yang tidak bertanggung jawab.
3. Pembuangan
limbah industri yang sembarangan.
4. Perburuan
hewan yang tidak bertanggung jawab Dalam perjalanan waktu ada kelompok makhluk
hidup yang mengalami peningkatan keanekaragaman, ada yang tetap, ada pula yang
berkurang keanekaragamannya.
Keanekaragaman
hayati berarti ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk,
penampilan, jumlah serta sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk
hidup, baik tingkat genetik (dalam satu spesies), tingkat jenis(spesies),
maupun tingkat ekosistem.
Keanekaragaman
makhluk hidup terjadi karna adanya proses evolusi sejak masa lampau. Keanekaragaman
makhluk hidup terjadi karna proses evolusi. Adanya perbedaan pada setiap warna
kulit,bentuk tubuh,makanan,cara beradaptasi,berkembangbiak dsb itu dapat
membentuk suatu keanekaragaman pada stiap makhluk hidup. Makhluk hidup yang
sesuai dgn lingkungannya akan memiliki kesempatan untuk hidup dan
berkembang biak. Banyak makhluk hidup yg dulu berbeda dgn yg sekarang
.Pergantian makhluk hidup ini sbg proses perubahan dalam waktu yang
lama(evolusi) dan itu salah satu faktor yg mendominasi keanekaragaman makhluk
hidup.
Misalnya
pada contoh proses jerapah yg berleher panjang dapat bertahan hidup dibandingkan
yang berleher pendek.Itu dikarenakan beberapa factor seperti yang di kemukakan
oleh:
Teori evolusi (a) Lamarck
versus (b) teori evolusi Darwin.
Menurut
Lamarck nenek moyang jerapah berleher pendek. Jerapah berleher pendek
menjulurkan lehernya untuk mencapai daun-daun cabang pohon yang tinggi. Oleh
karena leher jerapah seringkali tertarik, akhirnya leher jerapah menjadi
panjang. Sifat leher panjang jerapah tersebut diwariskan pada keturunannya.
Jadi sekarang semua jerapah berleher panjang. Sebaliknya, menurut Darwin
evolusi terjadi melalui seleksi alam dengan adanya adaptasi makhluk hidup.
Darwin berpendapat nenek moyang jerapah ada yang berleher panjang dan berleher
pendek. Karena makanan jerapah berupa daun-daun di pohon yang tinggi, maka
hanya jerapah berleher panjang yang dapat menjangkaunya. Jerapah berleher
pendek tidak dapat menjangkau daun-daun dipohon yang tinggi sehingga kekurangan
makanan dan akhirnya mati. Dan dari penjelasan tersebut muncul lah pembahasan
mengenai keanekaragaman makhluk hidup.
Tingkat/ Macam Keanekaragaman Hayati
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi
menjadi tiga tingkat, yaitu :
a. Keanekaragaman gen
Setiap sifat
organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari
induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini dapat
ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing
herder, anjing kampung Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genoti
L = lingkungan
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L
berubah maka akan terjadi perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan
terjadinya variasi tadi.
b. Keanekaragaman jenis (spesies)
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada
Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan
adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan,
tumbuhan dan mikroba.misalnya variasi dalam satu famili antara kucing dan
harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae) walaupun
ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.
c. Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan
adanya variasi dari ekosistem di biosfir. misalnya : ekosistem lumut, ekosistem
hutan tropis, ekosistem gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang
khas untuk ekosistem tersebut. misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya ada
unta, kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada dalamnya ada
harimau.Ketiga macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain.
Ketiga tingkat keanekaragaman hayati dipandang sebagai
suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai Keanekaragaman hayati. Maksud
dari konsep ini adalah :
1)
Dengan mengetahui adanya keanekaragamaan gen merupakan
modal dasar untuk melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi (kawin silang)
untuk mendapatkan bibit unggul yang diharapkan.
2)
Dengan mengetahui adanya kenaekaragaman jenis dapat
menuntun kita untuk mencari alternatif dari bahan makanan, bahan sandang, dan
papan, juga dapat menuntun kita memilih hewan-hewan unggul yang dapat
dibudidayakan.
3)
Dengan mengetahui adanya keanekaragaman ekosistem kita
dapat mengembangkan sumber daya hayati yang cocok dengan ekosistem tertentu
sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian dan peternakan yang pada gilirannya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya
keanekaragaman bagi kelestarian makhluk hidup
Keanekaragaman
sangat penting bagi kelangsungan hidup atau kelestarian hidup .Suatu kelompok
makhluk hidup yang memiliki tingkat kelestarian tinggi diyakini sangat beraneka
ragam .Sebaliknya kelompok yang terancam kepunahan diyakini nilai keragamannya
rendah.
Setiap makhluk
hiudup selalu berinteraksi dengan lingkungannya .Setiap kelompok makhluk hidup
yang berhasil tetap hidup dan menghasilkan keturunan .Jikan nilai keragamannya
suatu kelompok makhluk hidup tinggi,maka peluannya untuk berhasil dalam
interaksi juga tinggi dan demikian juga sebaliknya.Sebagai contoh missal ada 2
populasi A dan B .Populasi A memiliki 10 macam keanekaragaman sedangkan B 5
macam.Selama interaksi dalam :
Bersamaan
itu pula dari 5 macam dari keanekaragaman pada populasi B hanya 1 yang berhasil
berinteraksi dengan lingkunagan. Melihat kenyataan semacam itu,yang berpeluang
besar untuk lestari adalah populasi atau kelompok yang memiliki keanekaragaman
tinggi.
Keanekaragaman setiap kelompok makhluk hidup,tidak
bersipat tetap atau stabil .Dalam perjalanan waktu ada suatu kelompok makhlik hidup
yang mengalami peningkatan keanekaragaman tetapi ada pula yang berkurang
keanekaragamannya.
Penurunan
keanekaragaman suatu kelompok makhluk hidup dapat terjadi secara alami diluar
campur tangan manusia maupun ada campur tangan manusia . *Perbuatan manusia yg
dapat menurunkan keanekaragaman makhluk hidup :
1)
Penebangan hutan alam untuk keperluan pengambilan
hasil hutan, perkebunan, pabrik, perumahan, jalan raya dan sebagainnya.
2)
Perburuan hewan secara berlebihan
3)
Penggunaan pestisida secra terus menerus dan tidak
bertanggung jawab.
4)
Pembuangan limbah ke lingkungan dalam jumlah yang
tinggi dan terus-menerus.
Untuk
kelangsungan hidup dan melestarikan jenisnya,makhluk hidup bergantung pada
lingkungan .Lingkungan merupakan sumber segala macam keperluan.Oleh karna
itu,dmi kesejahteraan ,manusia wajub melindungi ,memelihara dan melestarikan
alam lingkungan, beserta segala komponennya baik biotic maupun abiotik.
Perlindungan dan pengawetan
alam adalah:cara untuk melindungi alam secara keseluruhan (tumbuhan,hewan,dan
lingkungan) agar tetap terjadi keseimbangan yang lestari dan serasi. Daerah untuk perlindungan dan pelestarian tumbuhan dan
hewan beserta lingkungannya baik di darat maupun di air disebut SUAKA ALAM. Kawasan yang digunakan
untuk perlindungan dan pelestarian jenis-jenis hewan beserta habitatnya
disebut:
SUAKA MARGASATWA.Sedangkan kawasan yang digunakan
untuk perlindungan tumbuhan dan lingkungan abiotik yg mempunyai nilai khusus di
daerah itu disebut:CAGAR ALAM. Cara
mempelajari Keanekaragaman makhlik hidup
-Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi, anatomi,
fisiologi, perilaku atau ciri-ciri lainnya dari suatu flora dan fauna, langkah
pertama dilakukan identifikasi yaitu menentukan nama ilmiah dan kelompok sesuai
dengan Kode Tatanama Internasonal.Identifikasi merupakan kegiatan utama
klasifikasi atau taksonomi, dengan klasifikasi dan taksonomi keanekaragaman
hayati makhluk hidup dapat dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah dan utuh
Usaha
melestarikan Keanekaragaman makhluk hidup
Dengan
mengetahui peranan dan manfaat keanekaragaman hayati untuk ekosistem maupun
untuk manusia maka keanekaragaman hayati itu perlu dilestarikan, dilakukan
melalui konservasi in-situ maupun konservasi eks-situ.Pada konservasi in-situ,
keanekaragaman hayati dilestarikan diekosistemnya yang asli sehingga ekosistem
tersebut dilindungi secara hukum (cagar alam, taman nasional, dan sebagainya). Konservasi
eks-situ dilakukan dengan cara menanam tumbuhan atau hewan di tempat bukan
habibat asli tetapi memiliki ekosistem yang mirip. Ada tujuh bidang yang
menjadi fokus pelaksanaan upaya ini:
a)
Mengurangi laju kemerosotan komponen-komponen
keanekaragaman hayati;
b)
Mendorong pemanfaatan secara berkelanjutan;
c)
Memberikan perhatian kepada ancaman terhadap
keanekaragaman hayati, termasuk gangguan dari spesies asing yang menggeser
spesies asli, perubahan iklim, pencemaran, dan perubahan peruntukan habitat;
d)
Mempertahankan integritas ekosistem dan penyediaan
barang dan jasa dari keanekaragaman
hayati dalam ekosistem;
e)
Melindungi pengetahuan, inovasi, dan praktek-praktek
tradisional;
f)
Menjamin pembagian keuntungan secara adil dan merata
yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik;
g)
Memobilisasi sumber-sumber dana dan teknis untuk
pelaksanaan Konvensi mengenai Keanekaragaman Hayati.
No comments:
Post a Comment